Wednesday, 9 June 2010

Bis Kota Penuh Kenangan

Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku naik bis kota. Setahun belakangan, kemanapun aku selalu membawa benda biru hitam beroda dua milikku. Tapi kemarin saat-saat penuh kenangan itu terulang lagi.
Mencari tempat duduk dan berharap masih ada yang kosong. Memindahkan dompet dan hp ke tempat yang paling aman dan sulit dijangkau oleh tangan-tangan jahil. Hingga kondektur yang menggoyangkan recehan di tangannya, ‘crek-crek,’ pertanda kami harus mengeluarkan uang dua ribuan dan kemudian membayar ongkos bis. Semua pemandangan ini mengawali perjalananku ke daerah Pasar Minggu, yang biasanya sudah sangat biasa aku kunjungi dengan motorku.



Terpisah dengan teman bicara, aku hanya bisa memperhatikan keadaan sekitar, seperti biasa seperti dulu. Orang-orang yang kurang beruntung masuk dan melihat sudah tidak ada bangku kosong, pasrah lalu mencari pegangan bis untuk melanjutkan perjalanan mereka dengan berdiri. Semua penumpang bis tak ada yang peduli, selama itu bukan seorang ibu dengan anak kecilnya, atau orangtua lanjut usia, tak perlu berbaik hati menawarkan tempat duduknya, seperti biasa seperti dulu.

Dua perempuan, yang duduk sebangku, sedang membicarakan hal yang tak jauh dari laki-laki atau masalah cinta. Nada bicara mereka sedikit dikeraskan untuk menyaingi deru bis, dan seakan tak peduli sebagian besar penumpang bisa mendengar semua cerita mereka, seperti biasa seperti dulu.

Seorang anak kecil masuk dan menyerahkan amplop kecil ke setiap penumpang, kemudian bernyanyi dengan skill seadanya, seperti biasa seperti dulu. Kemudian datang lagi dua pengamen remaja dengan satu gitar dan skill bermain music yang jauh lebih baik dari anak kecil tadi. Namun, tidak cukup mempengaruhi penumpang yang tak acuh untuk berbaik hati mengeluarkan uang untuk mereka, seperti biasa seperti dulu. Mungkin para penumpang di bis ini memiliki pemikiran yang sama, anak muda seperti mereka masih bisa mencari pekerjaan lain yang lebih berguna daripada mencoba menghibur penonton dari bis ke bis.

Sudah lama sekali aku tidak jumpa suasana seperti ini. Suasana-suasana yang tak mungkin aku temui lagi kalau aku naik sepeda motor atau mobil pribadi. Dan mungkin itu terakhir kali aku naik bis kota Jakarta sebelum aku bertolak ke Bandung nanti.
Pasti akan slalu kukenang momen-momen seperti ini…



Ditulis pada selasa pagi, 8 Juni 2010 pukul 08.00 WIB

No comments:

Post a Comment